SAHABAT HALUSINASI



Anisa dan Rani adalah dua orang bersaudara dari keluarga Reinaldi. Hari ini mereka berniat untuk pergi ke danau kunci emas untuk menikmati hari libur mereka karena hari minggulah hari yang tepat untuk dapat meluangkan waktu di tengah padatnya kegiatan mereka di sekolah. Dan sudah lama pula mereka belum mengunjungi danau favorit mereka berdua.
Dengan wajah yang sumringah Anisa menyiapkan segala peralatan yang mungkin dibutuhkan waktu ke danau nanti.
“Dik Anisa, ayo cepat-cepat nanti kita kesorean, soalnya kalau sudah jam 4 danaunya sudah mulai sepi.” Teriak Rani kepada Anisa.
“iya kak. Ini juga udah selesai beres-beresnya.” Jawab Anisa sambil berlari kearah Rani ---kakak Anisa--- .
          Setiba di danau Anisa dan Rani segera turun dari mobil dan membawa segala peralatan yang sudah mereka siapkan. Rani menyuruh pak Andi ---sopirnya— untuk meninggalkan mereka. Lalu Anisa dan Rani mencari tempat duduk yang biasa mereka tempati sewaktu bermain di danau kunci emas. ketika Anisa dan Rani tengah asyik bercakap-cakap, langit menjadi mendung dan turun hujan yang lebat. Anisa dan Rani segera berlari untuk mencari tempat berteduh. Di tengah-tengah perjalanan Anisa mendengar suara seseorang yang sedang menangis, ia tak sadar kalau kakaknya sudah berlari sangat jauh meninggalkannya. Karena sangat penasaran, Anisa pun mengkuti arah suara tangisan tersebut.
Anisa terus berjalan dan berjalan hingga akhirnya Anisa menemukan seorang gadis berambut panjang se pinggang yang memakai gaun berwarna putih, tengah duduk menangis di teras bangunan rumah tua, Anisa kaget sa’at pertama kali melihatnya, karena dirinya sempat mengira gadis itu adalah hantu. Tetapi setelah melihatnya dengan seksama ternyata gadis itu adalah manusia bukan hantu. Dengan perlahan-lahan Anisa melangkah mendekati gadis itu.
“hemh….hai? kenapa kamu menangis?” Tanya Anisa pada gadis itu.
“ka..ka..mu siapa? Jawab gadis itu dengan nada tersendat-sendat
“aku Anisa, kamu siapa?”
“aku Manda, kamu kenapa bisa berada ditempat ini ?”
“tadi aku kehujanan waktu sedang asyik ngobrol bersama kakakku. Terus aku dan kakakku berlari untuk mencari tempat berteduh.”
“dengan kakakmu ? terus dimana kakakmu sekarang?”
Anisa mulai tersadar , dengan refleks Anisa menengok kebelakang untuk memastikan kakaknya sedang berada dibelakangnya atau tidak. Setelah selesai menengok ia tak menemukan kakaknya . ehm , mungkin kakak sedang asyik sendiri . nanti saja aah , aku akan mencarinya , pikir anisa .
“ooh..mmh begini saja. Aku akan membantumu mencari kunci rumahmu yang hilang. Asalkan kamu jangan menangis lagi, oke?”
“benarkah Anisa?”
“tentu”
“baiklah kalau begitu, ayo kita mulai mencari.”
☻☻☻
Hujan mulai reda. Rani kebingungan mencari Anisa yang sedari tadi ada bersamanya, dan kini menghilang begitu saja. Mungkin Anisa sudah tidak bersamanya ketika turun hujan lebat dan mengharuskan Rani dan Anisa mencari tempat untuk berteduh.
          Anisa dan Manda berjalan menyusuri semak-semak di dekat tepi danau, sambil mencari-cari kunci yang hilang tersebut. Lalu Anisa seperti melihat benda kecil yang berkilau, terpantul oleh sinar matahari.
“lihat Manda, disitu ada benda yang berkilau. Mungkin saja itu kunci rumahmu. Ayo kita lihat” ucap Anisa seraya menarik tangan Manda.
Anisa pun mengambil benda yang berada di atas tanah itu.
“ternyata benda ini adalah kunci. Apakah benar ini kunci rumahmu?” kata Anisa sambil mengarahkan kunci itu pada Manda.
“ehmm, iya benar, itu kunci rumahku. Waah, terimakasih banyak Anisa, kau telah menemukan kunci rumahku. Eehhm , Bagaimana kalau kau mampir dulu ke rumahku untuk minum secangkir teh?”
“seprtinya itu ide yang sangat bagus, Manda.”kata Anisa sambil menynggingkan senyuman kecil.
          Hari sudah semakin larut, namun Anisa belum tiba di rumah. Bu Siti, ibu anisa. Sangat khawatir dengan keadaan Anisa. Lalu bu Siti bertanya pada teman Anisa. Namun temannya pun juga tidak mengetahui keberada’an Anisa sekarang, terakhir melihatnya juga waktu mencari tempat berteduh dekat danau. Akhirnya bu Siti melapor kepada pihak kepolisian untuk mencari Anisa.
          Anisa duduk di ruang tamu, sambil menunggu Manda menyiapkan teh untuknya. Dalam hatinya, Anisa sedikit merasa takut sa’at berada di rumah Manda, karena bangunan rumahnya sudah terlihat sangat tua.
“di minum tehnya,” ucap Manda.
“eh, Manda kamu mengagetkanku saja. Ehm, kamu tinggal dengan siapa Manda?” Tanya Anisa penasaran
“aku tinggal sendirian di sini.”
“sendiri? Lalu bagaimana dengan kedua orangtua mu?”
“orangtua ku sudah meninggal 2 tahun yang lalu, dan aku tak punya siapa-siapa lagi sekarang.”
“sudahlah, jangan bersedih Manda. Aku akan menemanimu kok, tenang saja.”
“benarkah Anisa?”
“tentu.” Jawab Anisa dan mengangguk pelan.

          Bu Siti acap kali mengintip jendela rumahnya, dan berharap pihak kepolisian sesegera menemukan Anisa. karena terlalu panic dan gelisah, wajah bu Siti pun berubah menjadi pucat.

          Sekilas mata Anisa tertuju pada cermin yang berada disamping ruang tamu, ia sangat shock ketika dirinya tak melihat bayangan Manda di cermin itu. Secara sepontan bulu kudunya berdiri, ia segera beranjak dari ruangan itu .
“mau kemana kamu Anisa?” ucap Manda, seraya menahan tangan Anisa agar tidak pergi.
“Lepaskan aku Manda, aku ingin segera pulang.”
“tidak, aku tidak akan membiarkanmu keluar dari tempat ini. Kamu akan menjadi sahabatku selamanya. Hahaha.”
“kenapa kamu tega padaku Manda? Apa salahku? Biarkan aku untuk pergi dari sini.”
“memang, kamu tak punya satu pun kesalahan padaku. Namun apa aku salah? Menginginkanmu agar menjadi sahabatku untuk selamanya?”
“kau memintaku untuk menjadi sahabat? sahabat macam apa yang tega membohongi sahabatnya sendiri? sadar Manda, alam kita berbeda. Kita tak mungkin bisa bersama. Jadi lepaskan aku, dan biarkan aku pergi.”
“TIDAK, kita bisa bersama Anisa. jika kamu mati, kamu akan menjadi seperti aku. Dan kamu bisa menemaniku selamanya.”
Manda pun mendekati Anisa perlahan-lahan, mencoba mencekik leher Anisa. Lalu Anisa membalik badannya dan berlari sekuat tenaga agar dapat keluar dari tempat itu, ternyata Manda tidak menyerah begitu saja, ia terus menerus membuntuti kemanapun Anisa pergi.
          Anisa terus berlari dan berlari sekuat tenaga. namun apa daya, tenaganya sudah terkuras habis karena digunakan untuk berlari lalu Anisa bersembunyi di balik pohon jati yang sangat besar. Anisa tak sanggup lagi untuk bertahan, ia pun putus asa. Ya Allah jika memang benar ini yang terbaik buat hamba-Mu, aku rela ya Allah. Ucap Anisa dalam hati.
          Ada seseorang yang menarik tangan Anisa, namun Anisa tak berani melihat orang itu. Anisa mengira dirinya sudah tertangkap oleh Manda.
“sudah, PUAS kamu Manda? Kamu bisa memiliki ku selamanya.” Tak terasa Anisa menitikkan air matanya.
“sssstttt, diam jangan keras-keras. Nanti dia tahu kalau kita berada disini.” Ucap seorang lelaki
Anisa membuka kedua matanya. Dan ternyata orang itu bukan Manda, terimakasih ya Allah.
“k..kamu..kamu siapa? .” Ucap Anisa
“sudahlah, itu nanti saja. Yang terpenting sekarang kita harus menyelamatkan diri dulu.”
          Ternyata Manda sudah berdiri dihadapan mereka. Tapi, tangan Manda sudah siap seakan-akan mau mencekik leher Anisa. Dengan spontan, Anisa dan lelaki itu mundur tanpa melihat jalan yang mereka lalui dan mereka terjatuh. Ternyata mereka telah menginjak tubuh seorang gadis tak bernyawa. Tak lain tubuh itu adalah jasad Manda. Mandapun menangis tersedu-sedu entah apa sebabnya.
          Terdengar sirine mobil polisi datang, Anisa dan lelaki itu masih belum peduli dengan suara itu. Lalu terdengar suara seorang ibu sedang histeris melihat annaknya, dengan wajah yang pucat pasi. Anisa langsung menoleh dan dengan spontan ia berlari menuju ibu mereka, memeluk dengan penuh terimakasih, karena jika ibu mereka tak kunjung datang mungkin Anisa sudah menemani Manda untuk selama-lamanya.
“Apakah benar, anda yang bernama Anisa?”
“betul.. tolong pak, di..di..sana ada hantu…” dengan suara bergetar
“maaf, pak komandan. Disana telah ditemukan jasad seorang gadis. Dan kemungkinan itu jasad dari korban pembunuhan beberapa hari yang lalu.” Ucap salah seorang polisi lainnya.
Dan komandan itu pun langsung menuju lokasi penemuan mayat.
          Waktu inilah yang digunakan Anisa untuk menceritakan apa yang baru saja ia alami. Termasuk lelalki yang telah membantu Anisa untuk melarikan diri dari ancaman Manda. Akhirnya Rani telah menemukan adiknya , ia juga kaget ternyata disana ada Ibunya dan orang-orang dari pihak kepolisian .
“Annisa ?? kamu dimana saja diik??.. kakak sudah mencarimu kemana-mana tapi kamu tidak ada . kamu nggak papa kan ?” ucap Rani sambil memeluk adiknya
“maafkan Annisa kak telah membuat kakak khawatir, creritanya panjang . nanti saja Annisa akan menceritakannya . Annisa nggak papa kok . untung saja lelaki itu telah menyelamatkanku.”jawab Annisa sambil menoleh kearah pemuda itu .
“ibuuu..” ucap Rani (sambil memeluk ibunya)
“iya Raniii” jawab ibu sambil membalas pelukan anaknya .
“terimakasih ya nak , kamu telah menolong anak saya dengan baik.”ucap ibu anisa pada lelaki yg menolong Annisa
“nama saya Sam. Kebetulan waktu itu, saya sedang memancing dan melihat seorang perempuan merintih ketakutan. Tanpa pikir panjang lagi, saya langsung mendekati gadis ini. Dan tak pernah saya sangka bahwa kami bertemu dengan sesosok gadis lain yang begitu menyeramkan.”
“ya, sudah. Terimakashih ya nak, kamu telah membantu anisa.”
“sama-sama bu.”
          Pihak kepolisian akhirnya membawa jasad Manda, ke dalam  ambulan yang baru saja datang.
          Kini Annisa dan Sam berada di tepi danau. Mereka memandang air danau yang hijau pekat.
“Mmh…. Am, terima kasih banyak. Karena kamu, aku bisa tetap menginjak tanah ini.”
“Ya sama-sama. Dan juga karena kamu, aku bisa mendapatkan pengalaman yang betul-betul tidak maksud akal. Tapi aku suka.”
“aku juga suka.”
Tiba-tiba suasana menjadi sunyi. Tak ada percakapan lagi diantara mereka karena sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
          Tak diduga Manda datang diantara mereka. Dan kali ini Manda datang dengan wajah tersenyum. Namun, senyuman itu tetap membuat Anisa dan Sam ketakutan dan ingin segera lari.
“Jangan pergi, kawan. Aku sudah sadar akan perbuatanku tadi. Aku tadi begitu agresif karena aku kesepian di sini. Selain itu, aku sedih karena aku mati dengan jasad yang tergeletak begitu saja. Sehingga membuatku tidak tenang meniggalkan dunia ini. Terima kasih, karena kalian berdua, kini aku mungkin baru bisa tenang pergi meninggalkan dunia ini.” Kata Manda dengan nada sedikit senang.
“Tentu saja kami bersedia menjadi sahabatmu. Meskipun kau hanya sebuah arwah penasaran.” Kata Sam.
Anisa pun menambahi, “Terma kasih juga, Man. Aku tahu kalau kesepian itu tidak enak. Tapi sayang. Duniaku bukanlah duniamu. Dan aku harap, setelah kau tenang di alam sana, kau akan mengingat aku dan Sam sebagai sahabat halusinasimu.”
“Sekali lagi terima kasih. Aku akan selalu menganggap kalian sahabat terbaik walaupun itu hanya halusinasi bagi duniaku. Arwah yang bersahabat dengan manusia.”
Hampir saja Anisa dan Sam menggandeng tangan Manda. Tapi, mereka terlambat arwah Manda kian lenyap ditelan udara sejuk tepi danau.
“Selamat jalan, Manda. Semoga kau senang berada di dunia barumu.” Ucap perpisahan Sam dan Anisa pada Manda.
Read more

Sepucuk Puisi Untuk Ibu












Ibu...
Hari ini aku sangat merindukanmu
entah mengapa aku selalu mengingatmu

Ibu
Kapan kah kau hadir 
dalam mimpiku ?
menemaniku , merawatku
seperti kawan lain ?

teringat akan kenangan masa silam
saat kau menggoreskan tinta 
didalam diaryku
begitu menyejukkan hatiku

Ibu
Aku sangat merindukanmu
merindukan kasih sayang seorang ibu
yang tak pernah kurasakan

Ibu
Berilah aku penawar rindu
pada batinku ini
rasa rinduku tak dapat ku bendung lagi
Read more

Popular Posts

Follow

Powered By Blogger